Rabu, 16 November 2016

RIHLAH PERTAMA KE MA BAHRUL ULUM PULAU LONGOS


MA BAHRUL ULUM  PULAU LONGOS MANGGARAI BARAT NTT 
JILID I



Perkenalan kami dengan pulau Longos berawal dari rihlah dakwah kami saat pertama kali di tugaskan oleh ustad kami (Ustad Waris fahrudin)  ke Nusa Tenggara Timur dalam rangka belajar dakwah pada saudara-saudara muslim disana. Berawal dari Kupang, ke Pulau Takera, kemudian ke Maumere Kabupaten Sikka dan lanjut perjalanan darat ke Labuan Bajo Manggarai Barat Pulau Flores. Perjanan darat tersebut mulai dari Maumere pukul 07.00 pagi dan sampai ke Kota Ruteng pukul 20.30 malam dan menginap Masjid Kota Ruteng, Paginya kami melanjutkan perjalanan menuju Labuan bajo berangkat pukul 08.00 pagi dan sampai Labuan Bajo pukul 12.30.

Kami bersama Ust Khairul Anwar (kiri) dai di Longos
Kami menginap di rumah Bapak Kelana Sukarman beliau adalah teman ustad kami. Paginya kami dijemput oleh salah satu guru atau ustad dari pulau Longos, pada awalnya sempat ragu untuk berangkat karena kondisi badan kurang fit setelah perjalanan jauh. Tapi Alhamdulillah Allah ringankan kami untuk berangkat ke pulau Longos. Perjalalanan kami ke pulau Longos untuk mengunjungi teman-teman kami sesama aktifis dakwah di Pulau Longos Kabupaten Manggarai Barat NTT dengan maksud untuk belajar kepada temen-temen dai disana. 
 
Pulau Longos adalah sebuah pulau  di sebelah utara Flores, untuk sampai ke pulau tersebut dari Labuan Bajo bisa ditempuh dengan menggunakan perahu dengan waktu 3-4 jam terantung kecepatan perahu dan gelombang laut. Karena saat itu tidak ada perahu maka kami mengendarai 2 motor dengan membelah pulau Flores yang masih berupa hutan dan pegunungan selama kurang lebih 3 jam sampai di daerah “Terang”, Kemudian dari “Terang” kami melanjutkan perjalanan menggunakan perahu atau sampan yang hanya muat 3 orang untuk menuju pulau Longos, perjalanan tersebut kami tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan. Kami sampai di pulau Longos mendekati waktu magrib. Perlu diketahui di pulau Longos wilayahnya masih berupa hutan dan belum ada listrik.
Keadaan Ruangan Kelas
Temen-teman aktifis dakwah di pulau Longos sedang merintis sebuah Madrasah Aliyah yang  bernama “Bahrul Ulum”. Sekolah tersebut didirikan sebagai sarana dakwah dan juga sebagai sarana untuk menyelamatkan pendidikan generasi penerus bangsa yang hidup jauh di pulau-pulau, jauh dari sekolahan,jauh dari kota dan juga mereka banyak yang tidak mampu secara ekonomi untuk sekolah ke kota yang jaraknya sangat jauh dari pulau yang mereka huni.
Keadaan Bangunan Madrasah


Madrasah Aliyah “Bahrul Ulum” ini saat itu mempunyai 31 siswa yang datang dari pulau-pulau. Di MA Bahrul Ulum tersebut di ajar oleh 10 dai/guru yang bertugas mengajar pendidikan sekolah maupun mengaji, para dai/guru ini mengajar dengan niat Lillahi Ta’ala. Mereka rela berkeliling disekitar pulau untuk memperkenalkan sekolah rintisan tersebut kepada masyarakat agar anak-anak mereka mau sekolah walaupun tidak ada biaya. Tentunya itu juga menambah beban para dai, akan tetapi Alhamdulillah walaupun diatas kekurangan dan keterbatasan mereka secara ekonomi, mereka masih tetap istiqomah untuk mengajar demi mendidik anak-anak agar menjadi generasi penerus yang cerdas secara intelektual, spiritual dan aksinya dengan bimbingan ajaran Islam.
Para siswa yang sekolah di MA tersebut mereka tidak dibebani dengan uang SPP dan sebagainya, sekolah baru menarik biaya dari siswa ketika baru keadaan sangat membutuhkan itupun dalam jumlah yang tidak seberapa mengingat keadaan orang tua mereka yang juga miskin. Selain itu bagi siswa-siswi yang mau menginap di sediakan asrama putra dan putri sekaligus diajari pelajaran seperti pesantren. Akan tetapi asrama putra tersebut jadi satu dengan asrama ustad dan begitu juga asrama putri, dan keadaanya juga sangat butuh perhatian.
Asrama ustad dan siswa yang menginap
Ketika kami melihat keadaan madrasah saat itu, bangunan sekolah hanya berkerangka kayu, berdinding seng keliling dan beratap seng, kemudian lantai sekolah berupa tanah berkerikil keadaan tempat bangku sekolah berupa kursi plastic dan sebagian besar patah bahkan sebagian lainnya juga pinjaman, kemudian meja yang dipakai adalah meja reyot yang mungkin kalau di tempat kita sudah tidak dipakai. Akan tetapi keadaan ini tidak menyurutkan semangat para dai dan siswa-siswi untuk belajar, untuk sekolah. Kami sungguh heran dan seakan tidak percaya dengan keadaan yang kami lihat ini, betapa mereka berjuang demi pendidikan untuk generasi Islam ke depan yang lebih baik.


Asrama Ustadzah dan Siswi yang menginap
Kunjungan kami tidak genap sehari semalam karena setelah mengisi motivasi untuk para dai dan siswa-siswi, karena pukul 10.00 pagi kami harus pulang. Akan tetapi kunjungan singkat inilah yang kemudian menggerakkan hati kami, bagaimana kami bisa membantu saudara-saudara muslim di pulau Longos agar mempunyai fasilitas pendidikan yang layak. 

  Apa yang saya jumpai di pulau Longos akan kami share kepada saudara-saudara muslim yang lainnya, harapan kami ada yang mau peduli dan mau ikut membantu saudara-saudara kita di pulau Longos Setelah saya pulang ke Gunungkidul Yogyakarta.


Salam Hormat Kami


Sarjono, S.Pd.I, MSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar