MA BAHRUL ULUM PULAU LONGOS MANGGARAI BARAT NTT
JILID I
JILID I
Perkenalan kami dengan pulau Longos berawal dari rihlah dakwah kami saat pertama kali di tugaskan oleh ustad kami (Ustad Waris fahrudin) ke Nusa Tenggara Timur dalam rangka belajar dakwah pada saudara-saudara muslim disana. Berawal dari Kupang, ke Pulau Takera, kemudian ke Maumere Kabupaten Sikka dan lanjut perjalanan darat ke Labuan Bajo Manggarai Barat Pulau Flores. Perjanan darat tersebut mulai dari Maumere pukul 07.00 pagi dan sampai ke Kota Ruteng pukul 20.30 malam dan menginap Masjid Kota Ruteng, Paginya kami melanjutkan perjalanan menuju Labuan bajo berangkat pukul 08.00 pagi dan sampai Labuan Bajo pukul 12.30.
Kami bersama Ust Khairul Anwar (kiri) dai di Longos |
Kami menginap di rumah Bapak Kelana
Sukarman beliau adalah teman ustad kami. Paginya kami dijemput oleh salah satu
guru atau ustad dari pulau Longos, pada awalnya sempat ragu untuk berangkat
karena kondisi badan kurang fit setelah perjalanan jauh. Tapi Alhamdulillah
Allah ringankan kami untuk berangkat ke pulau Longos. Perjalalanan kami ke
pulau Longos untuk mengunjungi teman-teman kami
sesama aktifis dakwah di Pulau Longos Kabupaten Manggarai Barat NTT dengan
maksud untuk belajar kepada temen-temen dai disana.
Pulau Longos adalah sebuah pulau
di sebelah utara Flores, untuk sampai ke pulau tersebut dari Labuan Bajo
bisa ditempuh dengan menggunakan perahu dengan waktu 3-4 jam terantung
kecepatan perahu dan gelombang laut. Karena saat itu tidak ada perahu maka
kami mengendarai 2 motor dengan membelah pulau Flores yang masih berupa hutan
dan pegunungan selama kurang lebih 3 jam sampai di daerah “Terang”, Kemudian
dari “Terang” kami melanjutkan perjalanan menggunakan perahu atau sampan yang
hanya muat 3 orang untuk menuju pulau Longos, perjalanan tersebut kami tempuh
kurang lebih 1 jam perjalanan. Kami sampai di pulau Longos mendekati waktu
magrib. Perlu diketahui di pulau Longos wilayahnya masih berupa hutan dan belum
ada listrik.
Keadaan Ruangan Kelas |
Temen-teman aktifis dakwah di pulau Longos sedang merintis sebuah
Madrasah Aliyah yang bernama “Bahrul
Ulum”. Sekolah tersebut didirikan sebagai sarana dakwah dan juga sebagai sarana
untuk menyelamatkan pendidikan generasi penerus bangsa yang hidup jauh di
pulau-pulau, jauh dari sekolahan,jauh dari kota dan juga mereka banyak yang
tidak mampu secara ekonomi untuk sekolah ke kota yang jaraknya sangat jauh dari
pulau yang mereka huni.
Keadaan Bangunan Madrasah |
Madrasah Aliyah “Bahrul Ulum” ini saat itu mempunyai 31 siswa yang datang
dari pulau-pulau. Di MA Bahrul Ulum tersebut di ajar oleh 10 dai/guru yang
bertugas mengajar pendidikan sekolah maupun mengaji, para dai/guru ini mengajar
dengan niat Lillahi Ta’ala. Mereka rela berkeliling disekitar pulau untuk
memperkenalkan sekolah rintisan tersebut kepada masyarakat agar anak-anak
mereka mau sekolah walaupun tidak ada biaya. Tentunya itu juga menambah beban
para dai, akan tetapi Alhamdulillah walaupun diatas kekurangan dan keterbatasan
mereka secara ekonomi, mereka masih tetap istiqomah untuk mengajar demi
mendidik anak-anak agar menjadi generasi penerus yang cerdas secara intelektual,
spiritual dan aksinya dengan bimbingan ajaran Islam.
Para siswa yang sekolah di MA tersebut mereka tidak dibebani dengan uang
SPP dan sebagainya, sekolah baru menarik biaya dari siswa ketika baru keadaan
sangat membutuhkan itupun dalam jumlah yang tidak seberapa mengingat keadaan
orang tua mereka yang juga miskin. Selain itu bagi siswa-siswi yang mau
menginap di sediakan asrama putra dan putri sekaligus diajari pelajaran seperti
pesantren. Akan tetapi asrama putra tersebut jadi satu dengan asrama ustad dan
begitu juga asrama putri, dan keadaanya juga sangat butuh perhatian.
Asrama ustad dan siswa yang menginap |
Ketika kami melihat keadaan madrasah saat itu, bangunan sekolah hanya
berkerangka kayu, berdinding seng keliling dan beratap seng, kemudian lantai
sekolah berupa tanah berkerikil keadaan tempat bangku sekolah berupa kursi
plastic dan sebagian besar patah bahkan sebagian lainnya juga pinjaman,
kemudian meja yang dipakai adalah meja reyot yang mungkin kalau di tempat kita
sudah tidak dipakai. Akan tetapi keadaan ini tidak menyurutkan semangat para
dai dan siswa-siswi untuk belajar, untuk sekolah. Kami sungguh heran dan seakan
tidak percaya dengan keadaan yang kami lihat ini, betapa mereka berjuang demi
pendidikan untuk generasi Islam ke depan yang lebih baik.
Asrama Ustadzah dan Siswi yang menginap |
Kunjungan kami tidak genap sehari semalam karena setelah mengisi motivasi
untuk para dai dan siswa-siswi, karena pukul 10.00 pagi kami harus pulang. Akan
tetapi kunjungan singkat inilah yang kemudian menggerakkan hati kami, bagaimana
kami bisa membantu saudara-saudara muslim di pulau Longos agar mempunyai
fasilitas pendidikan yang layak.
Apa yang saya jumpai di pulau Longos akan kami share kepada
saudara-saudara muslim yang lainnya, harapan kami ada yang mau peduli dan mau
ikut membantu saudara-saudara kita di pulau Longos Setelah saya pulang ke
Gunungkidul Yogyakarta.
Salam Hormat Kami
Sarjono, S.Pd.I, MSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar